KETIKA ANAK USTADZ YUSUF MANSUR, WIRDA BERRMIMPI JUMPA RASULULLAH SAW.
Kecil kecil sudah hapal alquran,cantik berhijab dan nilai sendiri,,kita ambil postif dan sebagai contoh buat anak kita mudah mudahan berguna amin..
Malam sebelum Wirda mimpi ketemu Rasul, kami bercanda-canda di meja makan. Saat itu Wirda baru berusia 7 tahun. Mamanya wirda, Maemunah, ngasih tahu saya: “Pah, Kaka dah hafal Yaasiin sampai Innamaa amruhu loh…”
Saya terkejut senang. Putrikuuuu… 7 tahun tapi sudah hafal Yaasiin sampai Innamaa amruhuu, “Masa sih…?” tanya saya.
Wirda dan Mamanya pun tersenyum. Lalu Wirda saya suruh baca. Mulailah Wirda membaca. Saat Wirda mulai membaca, menetes air mata saya. Ayah mana yang tidak terharu, putrinya hafal Yaasiin!
“Yaasiin. Innamaa amruhuu idzaa arooda syai-an an yaquula lahuu kun fayakuun.” Begitu Wirda baca.
Saya yang lagi terharu, eh koq liat Wirda sama mamanya senyum-senyum. Saya baru sadar sesuatu, mereka Sedang bercanda dengan saya. Ya, Wirda dan mamanya bercanda. Bukannya Wirda hafal utuh 1 surat Yaasiin, melainkan benar-benar Yaasiin Innamaa amruhu. Itu “hanya” ayat pertama dan ayat 82 (Yaasiin 83 ayat). “Wuah... Papah dikerjain nih. Tapi Papah senang... 2 ayat pun, al-Quran.”
Istri saya senyum-senyum lagi. “Saya duluan Pah yang dikerjain Wirda. “Mah, Mamah, Kaka udah hafal Yaasiin sampe Innamaa amruhuu…”
Saat itu Kaka bilang: “Boleh ngga Pah, ngehafalnya 1 juz aja? Atau 15 juz dah. ngga usah 30 juz?”
“Kenapa…?”
“Berat. Susah.”
Sebagai ayah, saya mencoba bijak. Dan ini sekaligus saya coba jadi karakter saya, memudahkan. Saya bilang: “Boleh Ka…”
Malam itu, sekitar pukul 9 malam, Wirda kecil, My Little Princess, tidur di kamarnya. Sekitar jam 2 dinihari Wirda masuk kamar saya. Bangunin saya sambil terisak: “Kaka dimarahin…”
Saya bingung: “Siapa Ka yang marahin…?”
Saya tidak ngerti, siapa yang malam-malam begini marahin? Dimarahin siapa? “Rasulullah…”, kata Wirda.
Saya mencoba mulai menebak, Subhaanallaah nih kalau benar Wirda mimpi Rasul. Saya lanjutin nanya: “Rasul koq marahin Kaka. Kenapa…?”
“Kaka ditanya, kenapa Wirda hanya mau ngafal 1 juz? 15 juz? Kenapa ngga semuanya aja? 30 juz?” kata Kaka sambil nangis.
Saya tertegun saat itu. Masya Allah, malamnya Wirda bercanda-canda dengan saya, eh Rasul datangin Wirda dalam mimpinya. Wirda ngajak saya ke kamarnya. Dia nunjukin kertas. Isinya syair. “Dari Rasul…”, katanya. “Tapi jangan dikasih tahu yang lain…”
Saya kembali tertegun. Subhanallah... Wirda kemudian cerita. Sebagiannya diceritakan Wirda waktu di Antv
Sejak itu Kaka meniatkan dan berjanji ngafal al-Quran sampai 30 juz. Rupanya bukan dimarahin, tapi ditanya sama Rasul. Saya saat itu bertanya ke Wirda, tentang gimana Rasul, gimana rumahnya? karena Wirda bilang, diajak shalat sama Rasul di rumahnya.
Saya geleng-geleng kepala. Luar biasa. Subhanallah… diajak shalat. Makmunan imaman sama Rasulullah.
Beberapa tahun kemudian, Wirda mendapat hadiah umrah dari Allah. Pergilah ke Madinah, ke Kota Rasul. Wirda menyimpan pertanyaan, ke mana dan di mana rumah yang dia lihat dan dia masukin? Lah emang udah ngga ada.
Wirda juga mencari jawaban, ke mana sungai yang dia liat, pohon buah yang dia lihat? Ya juga ngga ada. Apalagi pohon buahnya, buah mangga. Wirda saat di mimpi melihat pohon mangga, yang buahnya udah dalam keadaan terkupas kulitnya. Pertanyaan itu rupanya dia simpan. Dia ikutin ziarah ke makam Nabi, shalat di Nabawi, ke Raudhah.
Hingga saya kedatangan DR. Syafiq, asal Jember, yang menjadi ahlul Madinah. Relasinya begitu luas. DR. Syafiq ini bahkan pengisi suara di CD-CD sejarah Makkah, Madinah, yang diterbitkan Saudi sana, berikut alih bahasanya.
Kemudian terbersitlah ajakan ngajak anak-anak, termasuk Wirda, ke Museum Madinah. Ini rute yang ngga umum bagi jamaah umroh. Saya ikut mendampingi. Sampailah kemudian Wirda ke Museum Nabawi. Sampai di sana, Wirda memekik: “Pah…! Pah…! Lihat… Ini rumahnya Rasul…!” Betul, ada replika rumahnya Rasul. Wirda nunjuk-nunjuk ke replika itu. “Persis yang kaka lihat dan kaka masuk.”
Saya liat matanya berbinar dan seperti mau nangis. DR. Syafiq kemudian berkisah mengisahkan satu demi satu apa yang ada di Museum Madinah tersebut.
Simakjuga : Hati Hati Sahabatku Ketika UJUB Melanda Diri
loading...
0 comments:
Post a Comment